Jumat, 29 April 2016

RESENSI FILM JAGAL “The Act Of Killing”

“DIBALIK SEBUAH SEJARAH”


Judul              : The Act Of Killing (Jagal)
Sutradara       : Joshua Oppenheimer
Tanggal Rilis  : 01 November 2012
Produksi         : Final Cut For Real
Durasi             : 122 menit

Film Jagal atau “The Act of Killing” merupakan film dokumenter karya sutradara Joshua Oppenheimer. Film ini diproduksi oleh Final Cut for Real Denmark dan merupakan hasil kerja sama dengan Denmark Britania Raya. Film ini diproduseri oleh Signe  Bryge Sorensen, diko-sutradarai oleh Anonim dan Christine Cynn. Film Jagal sendiri telah memperoleh berbagai penghargaan, diantaranya Film Dokumenter Terbaik pada British Academy Film dan Television Arts Awards 2013 dan nominasi Film Dokumenter Terbaik pada Academy Awards ke-86.
Film ini menyoroti mengenai pembunuhan anggota PKI yang terjadi antara tahun 1965-1966. Setelah PKI dituduh oleh TNI sebagai pelaku G30S pada tahun 1965, Anwar Congo dan kawan-kawannya naik pangkat dari preman pencatut karcis bioskop menjadi pemimpin pasukan pembunuh. Mereka membantu tentara membunuh lebih dari satu juta orang yang dituduh komunis, etnis Tionghoa, dan intelektual, dalam waktu kurang dari satu tahun. Sebagai seorang algojo dalam pasukan pembunuh yang paling terkenal kekejamannya di Medan, Anwar telah membunuh ratusan orang dengan tangannya sendiri.
Film ini berawal dari pengenalan sosok Anwar Congo yang merupakan seorang algojo dan Herman Koto yang merupakan preman dan Pemuda Pancasila. Dalam film ini mereka memperagakan mengenai pembunuhan sadis yang telah mereka lakukan. Mereka membunuh dengan cara menendang, mencekik kepala korban PKI dengan kawat, membakar rumah PKI, menjepit kepala korban dengan kaki meja dimana diatas meja tersebut diduduki oleh beberapa rekan sesama preman dan membunuh sambil bernyanyi dan berdansa sambil meminum alkohol. Ironisnya, tempat untuk membunuh para korban PKI adalah kantor Pancasila dan mereka membuang jasad PKI tersebut di sungai Deli. Keluarga PKI pun ikut menderita, keluarga PKI dibuang atau diasingkan ketengah hutan. Selain orang komunis pada tahun 1965, orang tionghoa ikut menderita. Para preman memalak orang tionghoa dan apabila mereka menolak maka nyawa orang tionghoa pun menjadi taruhannya.
Dalam film ini terungkap bahwa sebenarnya pemerintah telah membangun perasaan benci terhadap komunis kepada masyarakat. Pada tahun 1965 rakyat Indonesia dari anak anak hingga dewasa dipaksa menonton pembantaian komunis dan media cetak menyudutkan bahwa komunislah yang bersalah untuk menanamkan rasa benci terhadap komunis. Semua ini dilakukan sebagai langkah untuk menggulingkan presiden Soekarno. Pendukung Soekarno seperti partai komunis, serikat buruh dan tani, cendekiawan dan orang Tionghoa dituduh terlibat G30S sehingga lebih dari satu juta orang komunis dibunuh dengan cara yang mengerikan. Bagi Pemuda Pancasila Komunis dianggap sebagai pemecah bangsa.
Diakhir film ini, terlihat bahwa Anwar dan teman-temannya yang ditugaskan untuk membunuh merasa menyesal atas perbuatan yang mereka lakukan. Mereka merasa memiliki beban batin karena telah membunuh orang yang tidak ingin dibunuh, mengingat hal tersebut mereka sering mengalami kesulitan tidur dan bermimpi buruk. Namun, mereka menutupinya dengan perasaan telah menjadi pahlawan untuk negara. Sampai saat ini belum ada permintaan maaf yang diucapkan atas kejadian ini. Banyak pihak masih bungkam dan lari dari tanggung jawabnya.
Film ini diperankan langsung oleh Anwar Congo, Herman Koto dan Adi Zulkardy dan pelaku lainnya sehingga banyak memunculkan fakta yang sebenarnya terjadi, mengenai bagaimana sebenarnya pembunuhan telah dilakukan. Dan siapa yang sebenarnya kejam dan bersalah. Film ini berhasil mengangkat kebenaran dalam sejarah yang tidak diketahui semua orang. Namun, dalam pengambilan film masih banyak kekurangan seperti kualitas pengambilan gambar yang masih kurang baik, alur yang masih simpang siur, dan ada beberapa scene yang tidak perlu tapi tetap menjadi bagian dalam film.
Film ini layak ditonton oleh masyarakat Indonesia karena tidak banyak masyarakat Indonesia yang mengetahui fakta yang terjadi. Kebanyakan dari masyarakat Indonesia masih terhipnotis dengan pengaruh yang diberikan bahwa komunis itu kejam dan jahat. Tidak banyak yang mengetahui mengenai bagaimana pembunuhan terhadap kaum yang dituduh terlibat G30S dan begitu banyak orang-orang yang tidak bersalah dibunuh dengan cara yang kejam. Film ini telah membuka wawasan yang lebih luas mengenai fakta sejarah yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar