Permasalahan:
Mengapa hari raya Imlek, Cheng Beng dan Peh Cun diakui sebagai bagian dari Taoisme, Konghucu dan Buddha?
Mengapa hari raya Imlek, Cheng Beng dan Peh Cun diakui sebagai bagian dari Taoisme, Konghucu dan Buddha?
Pembahasan:
Menurut
kelompok kami, penyebab hari raya Imlek, Cheng Beng dan Peh Cun diakui sebagai
bagian dari Taoisme, Konghucu dan Buddha karena sistem kepercayaan masyarakat Tionghoa sangat berdekatan
dengan agama Buddha atau Konghucu. Sementara itu, Taoisme yang merupakan ajaran
pertama bagi orang Tiongkok hampir sama dengan Konfusianisme atau Konghucu, dimana
dalam ajarannya terdapat pemujaan terhadap leluhur dan budaya Tionghoa.
Contoh nyatanya, seringkali masyarakat
Indonesia selalu berasumsi dan menghubungkan perayaan Imlek dengan agama Buddha
atau Konghucu. Pernyataan tersebut salah besar, perayaan Imlek merupakan sebuah
tradisi keturunan orang Tionghoa untuk menyambut musim semi, hal yang menonjol
dalam perayaan Imlek adalah sembahyang. Dimana sembahyang tersebut diartikan
sama dengan agama Buddha atau Konghucu. Sehingga banyak masyarakat Indonesia
yang menganggap sembahyang sama dengan agama Buddha atau Konghucu. Namun,
sebenarnya sembahyang dalam perayaan Imlek memiliki arti menghormati leluhur
mereka, sementara sembahyang agama Buddha atau Konghucu diartikan sebagai doa.
Tentu ini merupakan dua hal yang berbeda.
Sebagian
besar masyarakat Tionghoa yang kental akan tradisi-tradisi tersebut pada
umumnya menganut kepercayaan Tao, Konghucu dan Buddha juga seringkali
mengaplikasikan kepercayaan dan tradisinya menjadi satu. Inilah yang membuat
Tao, Konghucu dan Buddha mengakui tradisi tersebut. Padahal, tradisi-tradisi
ini merupakan adat leluhur orang Tionghoa yang telah turun temurun dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar