“BERANI
MENGHADAPI RASA TAKUT”
Judul : Ngenest
Genre : Comedy
Sutradara :
Ernest Prakasa
Tanggal Rilis :
30 Desember 2015
Produksi :
Starvision Plus
Film Ngenest merupakan
film bergenre komedi yang ditulis, disutradarai dan diperankan oleh Ernest
Prakasa. Film ini produseri oleh Chand Parwez dan diproduksi oleh Starvision
Plus. Film ini berhasil meraih 3 penghargaan di IBOMA 2016.
Film Ngenest menyoroti
kehidupan Ernest Prakasa yang merupakan seorang keturunan Tionghoa. Sebagai keturunan
Tionghoa Ernest memiliki mata yang sipit dan kulit putih. Hal ini membuatnya
seringkali diejek oleh teman-temannya dari SD sampai SMP, pada saat itu masih
kental dengan diskriminasi pada masa orde baru. Beruntungnya, Ernest memiliki
teman satu etnis bernama Patrick. Ernest dan Patrick tumbuh besar bersama dan
menjadi sahabat senasib.
Suatu hari, Ernest lelah
menjadi bahan ejekan teman-temannya, sehingga ia memutuskan untuk bergabung bersama
teman-teman yang mengejeknya. Selama berteman, Ernest sering dimanfaatkan untuk
mentraktir temannya. Dari hal ini, Ernest menyadari bahwa keputusannya tidak
akan mengubah jati dirinya, sehingga ia harus memutus rantai etnis Tionghoa
pada keturunannya, untuk itu Ernest ingin memiliki istri pribumi.
Dibangku kuliah tekad
Ernest semakin kuat, Ernest tidak sengaja berkenalan dengan gadis keturunan
Sunda Jawa bernama Meira ditempat lesnya. Awalnya, ayah Meira tidak menyukai
Ernest yang merupakan keturunan Tionghoa, hal ini disebabkan karena ayah Meira
pernah ditipu dan bangkrut karena rekan bisnisnya yang beretnis Tionghoa.
Namun, Ernest tidak menyerah begitu saja, Ernest menunjukan bahwa ia memang
berniat baik. Lama kelamaan, ayah Meira dapat menerima kehadiran Ernest.
Setelah 5 tahun pacaran, Ernest dan Meira akhirnya memutuskan untuk menikah.
Pernikahan Ernest dan Meira di langsungkan dengan menggunakan adat Tionghoa.
Setelah menikah,
kekhawatiran Ernest tentang keturunannya tidak hilang. Ernest masih khawatir, apabila
anaknya mirip dengan ayahnya dan akhirnya menjadi bahan ejekan sepertinya.
Karena itu Ernest menunda-nunda untuk segera memiliki anak. Ketidaksiapannya
ini membuat Ernest dan Meira bertengkar, sampai akhirnya Ernest menyadari bahwa
ia tidak bisa lagi menunda dan ia harus menghadapi rasa takutnya. Akhirnya,
Meira pun hamil. Semakin besar kandungan Meira, Ernest semakin takut dan
stress, ia bahkan tidak bisa fokus terhadap pekerjaannya.
Mendekati jam-jam
melahirkan, Ernest menghilang dan tidak bisa dihubungi. Akhirnya, Meira harus
pergi sendiri kerumah sakit. Dalam keadaan sakit, Meira meminta Patrick untuk
mencari Ernest, Patrick akhirnya menemukan Ernest dan menyadarkannya untuk
menghadapi kenyataan yang ada. Meira melahirkan bayi perempuan bermata sipit seperti
Ernest. Meskipun sangat mirip dengan Ernest, namun ia tetap bahagia. Karena
pada akhirnya, Ernest memiliki keberanian untuk menghadapi ketakutan yang
selama ini dirasakan dan ia dapat menerima kenyataan yang ada. Kehadiran
putrinya, membuat Ernest lebih berani dalam menjalani tantangan kehidupan.
Film ini berhasil
mengangkat cerita yang menyentuh, dibalut komedi yang menjadikan film ini
sangat menarik, tidak membosankan dan sangat simple seperti hal yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dalam komedi yang ditampilkan banyak
hal-hal tabu yang ikut ditayangkan padahal tanpa hal-hal tersebut film ini
sudah dapat membuat penontonnya tertawa.
Film ini layak ditonton
oleh masyarakat Indonesia terutama bagi remaja Tionghoa Indonesia. Dalam film
ini mengangkat ketakutan seorang beretnis Tionghoa yang takut keturunannya mendapat
perlakuan diskriminasi. Film ini mengajak kita untuk menghadapi segala
ketakutan dan melupakan masa lalu yang kelam. Sesulit apapun hidup, kita tetap
harus menjalaninya dengan berani dan membuat segala ketakutan kalah dan
menghilang dari diri kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar