Senin, 20 Juni 2016

RESENSI FILM NGENEST

“BERANI MENGHADAPI RASA TAKUT”



Judul              : Ngenest
Genre             : Comedy
Sutradara      : Ernest Prakasa
Tanggal Rilis : 30 Desember 2015
Produksi        : Starvision Plus
Durasi            : 88 menit

Film Ngenest merupakan film bergenre komedi yang ditulis, disutradarai dan diperankan oleh Ernest Prakasa. Film ini produseri oleh Chand Parwez dan diproduksi oleh Starvision Plus. Film ini berhasil meraih 3 penghargaan di IBOMA 2016.
Film Ngenest menyoroti kehidupan Ernest Prakasa yang merupakan seorang keturunan Tionghoa. Sebagai keturunan Tionghoa Ernest memiliki mata yang sipit dan kulit putih. Hal ini membuatnya seringkali diejek oleh teman-temannya dari SD sampai SMP, pada saat itu masih kental dengan diskriminasi pada masa orde baru. Beruntungnya, Ernest memiliki teman satu etnis bernama Patrick. Ernest dan Patrick tumbuh besar bersama dan menjadi sahabat senasib.
Suatu hari, Ernest lelah menjadi bahan ejekan teman-temannya, sehingga ia memutuskan untuk bergabung bersama teman-teman yang mengejeknya. Selama berteman, Ernest sering dimanfaatkan untuk mentraktir temannya. Dari hal ini, Ernest menyadari bahwa keputusannya tidak akan mengubah jati dirinya, sehingga ia harus memutus rantai etnis Tionghoa pada keturunannya, untuk itu Ernest ingin memiliki istri pribumi.
Dibangku kuliah tekad Ernest semakin kuat, Ernest tidak sengaja berkenalan dengan gadis keturunan Sunda Jawa bernama Meira ditempat lesnya. Awalnya, ayah Meira tidak menyukai Ernest yang merupakan keturunan Tionghoa, hal ini disebabkan karena ayah Meira pernah ditipu dan bangkrut karena rekan bisnisnya yang beretnis Tionghoa. Namun, Ernest tidak menyerah begitu saja, Ernest menunjukan bahwa ia memang berniat baik. Lama kelamaan, ayah Meira dapat menerima kehadiran Ernest. Setelah 5 tahun pacaran, Ernest dan Meira akhirnya memutuskan untuk menikah. Pernikahan Ernest dan Meira di langsungkan dengan menggunakan adat Tionghoa.
Setelah menikah, kekhawatiran Ernest tentang keturunannya tidak hilang. Ernest masih khawatir, apabila anaknya mirip dengan ayahnya dan akhirnya menjadi bahan ejekan sepertinya. Karena itu Ernest menunda-nunda untuk segera memiliki anak. Ketidaksiapannya ini membuat Ernest dan Meira bertengkar, sampai akhirnya Ernest menyadari bahwa ia tidak bisa lagi menunda dan ia harus menghadapi rasa takutnya. Akhirnya, Meira pun hamil. Semakin besar kandungan Meira, Ernest semakin takut dan stress, ia bahkan tidak bisa fokus terhadap pekerjaannya.
Mendekati jam-jam melahirkan, Ernest menghilang dan tidak bisa dihubungi. Akhirnya, Meira harus pergi sendiri kerumah sakit. Dalam keadaan sakit, Meira meminta Patrick untuk mencari Ernest, Patrick akhirnya menemukan Ernest dan menyadarkannya untuk menghadapi kenyataan yang ada. Meira melahirkan bayi perempuan bermata sipit seperti Ernest. Meskipun sangat mirip dengan Ernest, namun ia tetap bahagia. Karena pada akhirnya, Ernest memiliki keberanian untuk menghadapi ketakutan yang selama ini dirasakan dan ia dapat menerima kenyataan yang ada. Kehadiran putrinya, membuat Ernest lebih berani dalam menjalani tantangan kehidupan.
Film ini berhasil mengangkat cerita yang menyentuh, dibalut komedi yang menjadikan film ini sangat menarik, tidak membosankan dan sangat simple seperti hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dalam komedi yang ditampilkan banyak hal-hal tabu yang ikut ditayangkan padahal tanpa hal-hal tersebut film ini sudah dapat membuat penontonnya tertawa.
Film ini layak ditonton oleh masyarakat Indonesia terutama bagi remaja Tionghoa Indonesia. Dalam film ini mengangkat ketakutan seorang beretnis Tionghoa yang takut keturunannya mendapat perlakuan diskriminasi. Film ini mengajak kita untuk menghadapi segala ketakutan dan melupakan masa lalu yang kelam. Sesulit apapun hidup, kita tetap harus menjalaninya dengan berani dan membuat segala ketakutan kalah dan menghilang dari diri kita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar